Aku menikah tahun 2002 dengan seorang pria asal Amerika yang
usianya 2 tahun lebih muda dari usiaku. Alhamdulillah suamiku adalah seorang
muslim yang sholeh dan sangat mencintaiku. 2 bulan setelah menikah aku kemudian
hamil. Alangkah bahagianya diriku dan suami saat itu.
Akan tetapi
perjuangan baru akan di mulai. Aku mulai mengalami mual dan muntah. Awalnya
intensitasnya agak jarang. tapi seiring waktu agak mulai parah. Aku mulai
muntah setiap beberapa jam bahkan ada kalanya dalam 1 hari aku muntah melebihi
30 kali. Kondisiku saat itu sangat lemah. terlebih lagi suamiku punya kegiatan
yang menyebabkan dirinya tidak bisa berada dirumah sepanjang waktu. Terlebih
lagi saat itu kami hanya tinggal berdua saja tanpa pembantu. Orang tuaku
tinggal di pulau Kalimantan. Kebetulan saat menikah aku langsung pindah
mengikuti suamiku.
Ketika kehamilanku
memasuki usia 4 bulan. Suamiku terpaksa harus bekerja di luar negeri. Alhasil
aku harus tinggal seorang diri. tapi suamiku tidak mengijinkan maka aku harus
tinggal dengan keluarganya. Kehamilanku tambah parah dan lagi mungkin aku
kurang betah hidup dengan keluarganya yang berbeda budaya dan makanan tentunya.
Akhirnya kuputuskan untuk kembali ke rumah orang tuaku di Kalimantan
sekalian disana banyak yang akan merawatku dan makanan yang kusukai pun banyak
disana.Lambat laun mual dan muntah pun mulai berkurang. Aku pun merasa sangat
sehat dan fit walaupun masih kadangkala mulai muncul.
Waktu bersalinpun sudah
dekat. Tapi saat usia kehamilanku memasuki 37 minggu aku
mulai kontraksi. Waktu itu jam 3 pagi. Aku terus menahannya sampai subuh aku
akhirnya memberitahu keluargaku. Segera mereka membawaku ke klinik bidan. Sampai
disana ternyata baru bukaan 2. Lama sekali sampai sore baru sampai bukaan 8. Ngga
maju-maju, kami mencoba untuk mengeluarkan bayinya. Mengejan dan terus mengejan
tetap ngga mau keluar. Lalu bidan dan
dokter umum yang menanganiku menghubungi dokter kandungan yang biasa aku
memeriksakan kehamilanku. Saat dokter kandungan itu datang, ia memeriksa
keadaan janinku. Terkejutnya aku ketika dokter memutuskan untuk aku harus
menjalani operasi ceasar dikarenakan posisi kepala bayiku yang tidak bagus jika
dipaksakan untuk dikeluarkan normal.” Akan patah lehernya” kata dokter
tersebut, astaghfirullah serem amat sih. Apapun demi bayiku deh.
Dengan menahan sakit saat kontraksi aku naik ambulan
menuju rumah sakit. Sampai disana aku mulai melakukan persiapan operasi dari
cek darah, jantung serta cukur mencukur. Masuk keruang operasi langsung di beri
suntikan di tulang belakang. Enaknya rasanya karena semua sakit akibat
kontraksi hilang. Lalu operasi sesarpun dimulai. Alhamdulillah bayiku lahir
dengan selamat. Beberapa jam kemudian aku dipindah keruangan. Belum merasakan
apa-apa kecuali ngantuk dan haus. Beberapa jam lagi mulai merasakan nyeri yang
luar biasa di daerah operasi. Suster memberiku obat penghilang sakit. Sakitnya berkurang
akan tetapi masih tetap nyeri. Lalu aku
disuruh untuk mencoba membalik badan ke kiri dan ke kanan. Masyaallah sakitnya.
Makanya heran kalo ada yang bilang kalo tidak melahirkan normal maka belum
sempurna menjadi wanita. Coba deh mereka
tau rasanya sama kok sakitnya seperti melahirkan normal. Bahkan kalo sesar bisa
lama dan bertahun2 berlalu pun akan masih terasa nyerinya.
Ketika hamil anak kedua, saat itu anak pertamaku udah
berumur 2 tahun lebih. Aku memutuskan untuk mencoba melahirkan normal. Akan
tetapi saat usia kandungan 36 minggu aku mengalami kontraksi dan tidak bisa
dalam posisi terlentang karena tidak bisa nafas dan sakit sekali. Sampai di
rumah sakit dokter mengatakan tidak bisa normal karena posisi bayiku masih jauh
dari panggul. Mau ngga mau harus operasi lagi karena aku sudah kotraksi sejak
semalam.
Akhirnya masuk keruang persiapan operasi, mulai lagi
dengan cek darah, jantung, cukur mencukur dan memeriksa kondisi bayiku. Lalu aku masuk keruang operasi dan diberi
suntikan anestesi di tulang belakang. Setelah semua siap, dokter kandungan
datang dan siap mengoperasiku. Tapi musibah terjadi, aku merasakan pisau
operasi itu merobek perutku, aku teriak sekuatnya menahan sakit lalu aku tak
ingat apa-apa lagi. Setelah sadar aku sudah diruangan. Alhamdulillah bayiku
lahir dengan selamat. Ternyata mungkin obat anastesinya belum bekerja sempurna
jadi aku masih merasakan sakit. Langsung dokter membius total diriku. Yaa Allah
ujian jadi ibu ya begitu deh. Tapi masih disyukuri terus udah dianugrahi
anak-anak yang cantik-cantik dan sehat.
Hamil ketiga ku memutuskan untuk langsung operasi
ceasar karena aku tidak mau merasakan 2 kali sakit. Sakit kontraksi dan sakit
kontraksi dan sakit pasca operasi. Saat kedokter kandunganku aku mengatakan
akan langsung ingin dioperasi saja sehingga aku mencari jadwal buat kelahiran
bayiku. Sengaja kumemilih waktu lebih awal karena menurut pengalaman sebelumnya
bayiku lahir lebih cepat kurang lebih 36 minggu. Dan aku konsultasi juga dengan
dokter anastesi tentang pengalaman sebelumnya. Buat jaga-jaga agar tidak
terulang lagi. Alhamdulillah saat operasi dan kelahiran bayiku berjalan lancar
walaupun saat operasi aku mengalami muntah-muntah. Ternyata menurut dokter ada
perlekatan usus dan beliau mencoba melepaskannya akibatnya aku muntah karena
usus terdorong keatas. Tapi ngga masalah besar karena semua berjalan baik. Tapi
tetap masa pemulihan sangat berat karena ternyata berkali-kali ceasar itu
sakitnya lebih lagi buat masa penyembuhannya.
Aku hamil lagi, masyaallah. Ini sebenarnya ngga direncanakan
tapi berhubung anak pertama, kedua dan ketiga perempuan ada harapan yang
keempat ini bisa laki-laki. Alhamdulillah setelah 6 bulan pemeriksaan USG
mengatakan bahwa anakku adalah laki-laki.
Saat memasuki usia 34 minggu aku cek kandunganku, Alangkah kagetnya saat
dokter mengatakan harus segera melakukan operasi karena kondisi dinding rahimku
yang sudah tipis. Segera aku disuntik obat untuk mematangkan paru-paru anakku. Lalu
persiapan operasi dan operasi berjalan lancar. Bahagianya aku saat bayiku
dikeluarkan dan benar itu bayi laki-laki. Setelah keluar dari ruang operasi
menuju ruang perawatan aku diberitahu bahwa bayiku mengalami kesulitan
bernafas. Sehingga harus dimasukkan ke ruang NICU dan memakai CPAP. Sedih banget rasanya. Itu yang membuat diriku
sanagat kuat dan semangat untuk segera pulih agar bisa melihat bayiku ni NICU.
Tapi Allah memang sangat sayang pada kami. Kondisi bayiku cepat sekali pulih. Hari
kelima kami diijinkan pulang.
Menang ternyata operasi ceasar itu ngga mesti maksimal 3 kali. Ini tergantung kondisi kesehatan ibu dan rahimnya. Contohnya aku, saat cek baby seminggu pasca keluar dari rumah sakit dokterku mengatakan nanti anak kelima harus rajin cek up ke beliau hihihi. Tenang dok, insyaallah udah cukup. Walaupun masih bisa tetap resiko besar masih ada. Kesehatan ibu dan pastinya akan lebih prematur lagi karena kebayang rahimnya akan semakin tipis. Bagiku maksimal 4 kali deh buat melahirkan ceasar. Agar ibu dan bayi bisa sehat dan tidak ada komplikasi apapun.
Terima kasih telah membaca artikel tentang Siapa Bilang Operasi Ceasar Hanya Boleh 3 kali??? di blog Life is so beautiful jika anda ingin menyebar luaskan artikel ini di mohon untuk mencantumkan link sebagai Sumbernya, dan bila artikel ini bermanfaat silakan bookmark halaman ini di web browser anda, dengan cara menekan Ctrl + D pada tombol keyboard anda.